Sulam Tumpar Kriyanusa 2024, Lestarikan Budaya Kaltim
Lokakarya sulam tumpar di Kriyanusa 2024 memperkenalkan kerajinan Dayak Benuaq, meningkatkan perekonomian dan melestarikan budaya Kalimantan Timur. (Foto: Istimewa)

Sulam Tumpar Kriyanusa 2024, Lestarikan Budaya Kaltim

FOKUSKALTIM.COM, JAKARTA – Lokakarya sulam tumpar yang berlangsung di Jakarta Convention Center Hall A pada Minggu (1/9/2024) dalam rangkaian event Kriyanusa 2024 menjadi ajang penting untuk melestarikan dan mengembangkan budaya Kalimantan Timur.

Acara ini memperkenalkan kerajinan tradisional yang sarat nilai sejarah dan seni, serta menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat setempat.

Meriana, pemimpin lokakarya ini, menegaskan bahwa sulam tumpar bukan sekadar seni, melainkan bagian integral dari identitas budaya suku Dayak Benuaq.

“Hari ini saya memimpin lokakarya pembuatan sulam tumpar, yang merupakan kerajinan khas suku Dayak Benuaq dari Kalimantan Timur. Sulam tumpar bukan hanya seni, tetapi juga bagian integral dari identitas budaya kami,” ujar Meriana dengan bangga.

Proses pembuatan sulam tumpar dilakukan secara manual, memerlukan ketelitian, dan diwariskan turun-temurun.

“Pembuatan sulam tumpar dilakukan secara manual menggunakan tangan, bukan mesin,” tambahnya.

Sulam tumpar membuka peluang besar untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, terutama bagi perempuan yang memiliki keterampilan menyulam.

Meriana berharap lokakarya ini dapat mendorong lebih banyak orang terlibat dalam industri kerajinan ini, sehingga tidak hanya melestarikan budaya tetapi juga meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat.

“Saya berharap lokakarya ini dapat mendorong lebih banyak orang untuk terlibat dalam industri kerajinan ini, sehingga tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat,” jelasnya.

CIRI KHAS SULAM TUMPAR

Selama acara, antusiasme peserta sangat tinggi meskipun banyak yang menemui kesulitan dalam proses pembuatan sulam tumpar, menunjukkan betapa rumitnya kerajinan ini.

“Saya sangat senang melihat antusiasme peserta. Meskipun tampaknya mudah, ternyata banyak peserta mengalami kesulitan,” ungkap Meriana sambil menunjuk ke meja peserta.

Ciri khas sulam tumpar adalah perpaduan warna yang mencolok. Meriana, dibantu tim humas Dekranasda Kalimantan Timur, menyusun video bahan ajar yang dapat di-scan peserta di meja mereka. Video ini memberikan panduan yang jelas dan dapat diakses kapan saja oleh peserta.

“Saya berharap setelah lokakarya ini, peserta dapat terus mengembangkan kreativitas mereka melalui video bahan ajar tersebut,” ungkapnya.

Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pengrajin, pemerintah, dan masyarakat dalam menjaga keberlanjutan kerajinan tradisional ini.

Meriana menutup dengan harapan agar sulam tumpar semakin dikenal dan dicintai sehingga dapat meningkatkan penghasilan bagi para pengrajin.

“Dengan dukungan yang tepat, kita dapat memastikan bahwa kerajinan ini tidak hanya bertahan tetapi juga berkembang ke pasar yang lebih luas,” tutupnya penuh harapan. (*/fet)

Tinggalkan Balasan

Copyright © 2025 Fokus Etam

REDAKSI

CUSTOMER SERVICE

  • Search
  • Terms
  • Advanced
  • Contact Us
  • RSS
  • Help & FAQs

FOLLOW KAMI

ABOUT

Fokus Etam menyajikan beragam informasi yang faktual dan terpercaya.

Copyright fokusetam.com© All rights reserved |

Theme by Fokus Etam 2024