FOKUSETAM.COM, BALIKPAPAN – Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) mewaspadai potensi inflasi akibat curah hujan yang dapat menyebabkan banjir di daerah pemasok, sehingga mengganggu distribusi bahan pangan. Kenaikan harga avtur di tingkat nasional juga menjadi faktor penting yang memengaruhi dinamika tarif angkutan udara dan inflasi di sektor transportasi.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Kota Balikpapan, Robi Ariadi, menyampaikan bahwa survei konsumen pada Agustus menunjukkan peningkatan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi dibanding bulan Juli 2024.
“Didorong oleh optimisme terhadap penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja,” kata Robi Ariadi, Jumat (20/9/2024).
Dia juga mengungkapkan bahwa Balikpapan mengalami dua kali deflasi berturut-turut. Menurutnya, kondisi tersebut tidak terlepas dari sinergi TPID dalam mendorong berbagai kebijakan, termasuk kerja sama dengan BI.
“Meskipun deflasi terjadi untuk kedua kalinya, ini tidak mencerminkan penurunan aktivitas ekonomi,” ungkap dia.
Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Balikpapan pada Agustus 2024 tercatat mengalami deflasi sebesar 0,20 persen (mtm), yang lebih dalam dibandingkan deflasi bulan Juli 2024 yang sebesar 0,09 persen (mtm).
Capaian inflasi bulanan itu membuat level inflasi tahunan Kota Balikpapan mencapai 2,26 persen (yoy), sedikit lebih tinggi dibanding inflasi nasional yang mencapai 2,12 persen.
“Inflasi gabungan empat kota di Provinsi Kalimantan Timur mencapai 2,13 persen,” bebernya.
Komoditas penyumbang deflasi tertinggi secara bulanan di Kota Balikpapan pada Agustus 2024 meliputi ikan layang, kangkung, bawang merah, daging ayam ras, dan angkutan udara. Penurunan harga ikan layang sejalan dengan peningkatan hasil tangkapan nelayan, sementara penurunan harga bawang merah terjadi karena masuknya masa panen di beberapa daerah sentra produksi di Jawa.
“Pasokan kangkung juga meningkat,” ucapnya.
KOMODITAS PENYUNMBANG INFLASI
Di sisi lain, beberapa komoditas mengalami kenaikan harga atau inflasi seperti cabai rawit, bensin, popok bayi sekali pakai, dan tarif kendaraan travel. Kenaikan harga cabai rawit disebabkan oleh menurunnya pasokan dari wilayah produsen, terutama Jawa.
Sementara itu, kenaikan harga bensin terjadi akibat penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi oleh PT Pertamina secara nasional sejak awal Agustus 2024. Meskipun pada September ini terjadi penurunan pada BBM non-subsidi.
“Naiknya harga popok bayi disebabkan oleh kenaikan harga dari pemasok, sedangkan kenaikan tarif kendaraan travel terjadi karena permintaan tinggi di periode HUT ke-79 RI di IKN,” pungkas dia. (fet)